Skip links

HAPPY HYPOXIA SI “ SILENT KILLER” PADA PASIEN COVID-19

[et_pb_section fb_built=”1″ admin_label=”section” _builder_version=”3.22″ custom_padding=”0px|||||” global_colors_info=”{}”][et_pb_row admin_label=”row” _builder_version=”3.25″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat” global_colors_info=”{}”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.25″ custom_padding=”|||” global_colors_info=”{}” custom_padding__hover=”|||”][et_pb_text admin_label=”Text” _builder_version=”4.13.0″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat” hover_enabled=”0″ global_colors_info=”{}” sticky_enabled=”0″]

HAPPY HYPOXIA SI “ SILENT KILLER” PADA PASIEN COVID-19 – Hypoxia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan. Akibatnya, sel dan jaringan yang ada di seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal. Hipoksia merupakan kondisi yang perlu diwaspadai karena jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan kematian jaringan.

HAPPY HYPOXIA SI “ SILENT KILLER” PADA PASIEN COVID-19

Sementara Happy hypoxia adalah juga merupakan penurunan kadar oksigen dalam darah. Namun, studi terbaru dari Loyola University Health System, yang ditulis Science Daily mengungkapkan fakta terbaru. Studi ini menyatakan, pengidap COVID-19 yang mengalami happy hypoxia masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami sesak napas. Menurut penulis dari penelitian tersebut, kondisi tersebut masih sangat membingungkan para dokter karena dianggap bertentangan dengan biologi dasar.

Happy hypoxia menjadi salah satu gejala ‘tersembunyi’ pada pasien Covid-19. Kondisi ini mulai banyak dilaporkan terjadi pada sejumlah pasien Covid-19. Happy hypoxia ditemukan terjadi pada sejumlah pasien Covid-19. Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menemukan sejumlah pasien Covid-19 dengan kadar oksigen rendah, tapi tidak mengalami sesak napas.


BAGAIMANA HYPOXIA BISA TERJADI ???

Sebuah studi yang ditulis oleh Dr. Martin J. Tobin, seorang profesor kedokteran paru dan perawatan kritis di Loyola University Medical Center, di Maywood, IL, meneliti 16 pasien COVID-19 dengan tingkat oksigen yang rendah (memiliki nilai 50 persen dari kisaran normal 95-100 persen) yang tidak mengalami sesak napas atau dispnea.

Kadar oksigen di tubuh normalnya adalah 95-100%. Kadar oksigen yang kurang dari 90%, sudah dianggap rendah dan gejala hipoksia pun biasanya akan terlihat. Sementara itu pada para pengidap Covid-19 yang terkena happy hypoxia, kadar oksigen bisa turun hingga tinggal 50% dan mereka belum merasakan gejala yang berarti. Beberapa pasien bahkan masih bisa menggunakan telepon genggam dan berkegiatan seperti biasa sebelum harus menerima pemasangan ventilator atau alat bantu napas. Sejauh ini, para ahli masih terus mempelajari fenomena terjadinya happy hypoxiaPenelitian tersebut dilakukan pada 16 orang pasien Covid-19 dengan kadar oksigen sangat rendah yang tidak memiliki gejala hipoksia.Hasilnya, ada beberapa hal yang bisa ditarik sebagai kemungkinan penyebab happy hypoxia, yaitu:

1.    Rendahnya kadar karbon dioksida di tubuh pasien Covid-19

Pada kasus hipoksia biasa, turunnya kadar oksigen tidak diikuti dengan berkurangnya kadar karbon dioksida di tubuh. Sehingga, tubuh bisa cepat menangkap sinyal bahwa telah terjadi ketidakseimbangan di dalam.Sementara itu pada kasus happy hypoxia, berkurangnya kadar oksigen yang signifikan juga disertai dengan turunnya kadar karbon dioksida di tubuh. Akibatnya, tubuh merasa bahwa kondisi di dalam masih seimbang, padahal ada gangguan.

2.    Virus corona merusak bagian otak yang seharusnya merespons hypoxia

Kemungkinan lain penyebab happy hypoxia adalah virus corona yang masuk ke tubuh, telah merusak kemampuan tubuh dalam mendeteksi penurunan oksigen. Sehingga, otak baru merespons ketika kadar oksigen sudah terlalu rendah dan barulah menunjukkan gejala, seperti sesak napas

SIAPA YANG MEMILIKI RESIKO TINGGI MENGALAMI HAPPY HYPOXIA ???

  • Lansia yang memiliki riwayat penyakit kronis
  • Orang yang didiagnosis menderita penyakit autoimun
  • Pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah
  • Para pekerja sektor tertentu yang sering bertemu banyak orang, karena berisiko tinggi menjadi orang tanpa gejala (OTG)

BAGAIMANA GEJALANYA ???

Dalam kondisi normal, hypoxia umumnya menimbulkan beberapa gejala, seperti berikut:

  • denyut jantung meningkat atau melambat
  • nafas menjadi cepat
  • sesak napas
  • berkeringat
  • penurunan kesadaran
  • kulit pada ujung jari dan sekitar bibir menjadi biru

Namun, pada kasus happy hypoxia  pada pasien Covid-19, gejala fisik hampir sama sekali tak ditemukan.

BAGAIMANAN CARA MENGATASINYA ???

Pengobatan hypoxia bertujuan untuk mengembalikan pasokan oksigen ke sel dan jaringan, sehingga organ-organ tubuh dapat bekerja dengan baik dan tidak terjadi kematian jaringan. Pengobatan hipoksia juga ditujukan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hypoxia antara lain:

OKSIGEN

Pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam tubuh pasien. Terapi tambahan oksigen bisa diberikan melalui:

  • Masker atau selang hidung (nasal kanul), yang pemilihannya akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan kadar oksigen yang ingin dicapai
  • Terapi hiperbarik, untuk hipoksia jaringan yang parah atau pasien yang keracunan karbon monoksida
  • Alat bantu napas (ventilator), untuk hipoksia yang parah dengan kesulitan bernapas

OBAT-OBATAN

Selain oksigen, penanganan hypoxia juga dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan untuk mengobati penyebab hypoxia tersebut.

BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN ???

  • Happy hypoxia dapat dideteksi secara dini dengan cara mengukur kadar oksigen. Anda dapat mengukur kadar oksigen di fasilitas layanan kesehatan terdekat atau periksakan secara mandiri. Pemeriksaan mandiri dapat dilakukan dengan alat pulse oximeter. Pada pasien Covid-19, oximeter dapat membantu mengecek kadar oksigen, sehingga saat oksigen berada di level terendah bisa segera dilakukan tindak lanjut. Namun pemeriksaan kadar oksigen dengan menggunakan Oxymeter lebih disarankan untuk orang-orang yang memiliki resiko tinggi terkena hypoxia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
  • Terapkan gaya hidup sehat dengan berolahraga secara rutin, minum air putih yang cukup, dan berhenti merokok
  • Lakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter jika Anda memiliki kondisi medis atau penyakit yang bisa meningkatkan risiko terjadinya hypoxia

Penulis : dr Rini Rahmawati

[/et_pb_text][et_pb_text _builder_version=”4.13.0″ _module_preset=”default” text_text_color=”#000000″ text_font_size=”20px” link_text_color=”#FFFFFF” background_color=”#e04135″ custom_margin=”||0px||false|false” custom_padding=”10px||10px||true|false” hover_enabled=”0″ global_colors_info=”{}” theme_builder_area=”post_content” sticky_enabled=”0″]

Baca Juga : Menyambut Adaptasi Kebiasaan Baru

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Explore
Drag